Table of Contents
Table of Contents

Apa Saja Faktor Bargaining Power dalam Bisnis?

bargaining power

Bargaining power memiliki pengaruh cukup signifikan dalam dunia bisnis, karena mampu memberikan keuntungan sekaligus kerugian bagi setiap pihak yang terlibat baik pemasok, penjual, hingga pembeli.

Ia juga dianggap sebagai parameter kemampuan suatu pihak, untuk memengaruhi pihak lainnya dalam suatu bisnis. Oleh karena itu setiap pihak yang terlibat dalam bisnis, wajib menguasai bargaining power agar mampu memeroleh keuntungan yang maksimal.

Guna membantu Anda dalam memahami pengertian hingga pengaruh bargaining power bagi sebuah bisnis. Berikut RedERP telah merangkum wawasan mendalam mengenai topik terkait pada artikel di bawah ini!

 

Apa Itu Bargaining Power?

Istilah bargaining power atau daya tawar-menawar merujuk pada kapabilitas suatu pihak dalam bernegosiasi dengan pihak lainnya, demi tercapainya keuntungan sesuai target bisnis yang telah ditentukan sebelumnya.

Bargaining power juga bisa dipahami sebagai kemampuan pihak tertentu dalam memengaruhi, membujuk, maupun mempertahankan suatu kesepakatan bisnis sesuai dengan tujuan atau target pihak tersebut.

Semakin tinggi tingkat kemampuan bargaining power suatu pihak. Maka pihak tersebut berpeluang memeroleh profit bisnis yang tinggi secara konsisten, setiap kali melakukan penawaran ataupun pembelian dengan pihak lainnya di pasaran.

 

Mengapa Bargaining Power Penting?

Bargaining power dianggap penting karena selain dinilai sebagai kekuatan pembeli atau suatu perusahaan atas bisnis yang tengah berjalan. Hal ini juga dianggap penting berlandaskan sejumlah alasan berikut ini.

 

  • Memeroleh keuntungan semaksimal mungkin atas kegiatan penjualan maupun pembelian dalam bisnis.
  • Mendapatkan atau membeli barang maupun layanan jasa berkualitas terbaik, dengan harga yang terbilang minimum.
  • Mencapai kesepakatan bisnis terbaik dan menjanjikan, baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek.
  • Mendorong terciptanya taktik bisnis yang strategis dan optimal.
  • Menerima pendapatan setinggi mungkin, dengan pengeluaran anggaran bisnis yang kecil.

 

Faktor yang Memengaruhi Bargaining Power

Terdapat sejumlah faktor yang memengaruhi daya bargaining power suatu pihak dalam bisnis, berikut penjelasannya.

 

  1. Modal Sosial

Faktor ini mengacu pada tingkat pengaruh dan daya kesuksesan suatu pihak, dalam memfasilitasi interaksi bisnis.

Maksudnya adalah, semakin luas koneksi profesional yang dimiliki suatu pihak. Maka semakin tinggi tingkat pengaruh dan kredibilitas suatu pihak di mata pihak lainnya.

Hal tersebut mampu memunculkan daya tawar-menawar suatu pihak, sehingga bisa memengaruhi pihak lainnya dalam sebuah bisnis.

 

  1. Adanya Alternatif Lain

Faktor ini menggambarkan kondisi bahwa suatu pihak tidak membutuhkan pihak lainnya, karena sudah memiliki alternatif bisnis lainnya.

Kondisi tersebut menggambarkan bahwa salah satu pihak dalam bisnis tersebut, mempunyai daya tawar-menawar yang tinggi.

Contohnya, apabila perusahaan Z mempunyai sejumlah referensi pemasok bahan baku tertentu. Jika supplier X menaikkan harga bahan baku, yang dibutuhkan perusahaan Z.

Maka perusahaan Z masih mampu mencari referensi supplier lainnya, yang menawarkan bahan baku berkualitas tinggi dengan harga seminimal mungkin. Bahkan, perusahaan Z mampu memengaruhi supplier X untuk menekan harga bahan bakunya.

Penurunan harga tersebut dilakukan atas dasar kekhawatiran supplier X karena tidak ingin kehilangan kliennya. Kondisi tersebut lah yang disebut bargaining power, karena perusahaan Z mampu memengaruhi supplier X secara tidak langsung.

Dengan begitu alur supply chain perusahaan Z tidak akan terhambat, dan tentu saja mampu memeroleh keuntungan bisnis setinggi mungkin tanpa perlu menghabiskan anggaran yang besar.

 

  1. Status

Faktor ini berlandaskan pada seberapa berpengaruh suatu pihak di mata pihak lainnya dalam sebuah bisnis. Apabila suatu pihak merupakan negosiator berpengalaman, dengan status yang lebih tinggi dan kompeten.

Maka pihak tersebut sudah mempunyai bargaining power di mata pihak lainnya. Alhasil permintaan atau negosiasi pihak tersebut berpotensi besar, untuk dapat disetujui oleh pihak lainnya dalam suatu kesepakatan bisnis.

 

  1. Pengetahuan Bisnis yang Memadai

Kekuatan daya tawar-menawar tidak akan dapat tercapai, apabila suatu pihak belum memiliki pengetahuan yang memadai dan relevan terkait bisnisnya.

Faktor ini adalah kunci dalam merencanakan strategi bisnis, dasar menganalisis, hingga acuan saat bernegosiasi dengan pihak lainnya.

 

  1. Elastisitas Suatu Pihak untuk Beralih ke Pihak Lainnya

Faktor kelima ini memiliki kesamaan dengan faktor kedua. Di mana faktor ini menunjukkan situasi suatu pihak, yang dapat dengan mudah melakukan peralihan kerja sama dalam bisnis.

Kondisi tersebut didukung oleh tingkat koneksi yang dimiliki suatu pihak dalam menjalankan sebuah bisnis.

 

  1. Minimnya Kebutuhan atau Kepentingan Suatu Pihak

Dalam berbisnis, setiap pihak yang terlibat harus sama-sama memiliki kebutuhan atau kepentingan demi tercapainya suatu kesepakatan bersama. Namun, apabila suatu pihak dapat dengan mudah meninggalkan kerja sama bisnis begitu sama.

Maka pihak tersebut memiliki daya tawar-menawar yang besar, dibandingkan pihak lainnya yang terlibat dalam suatu kerja sama bisnis. Alasannya, karena pihak tersebut tidak memiliki kebutuhan atau kepentingan bisnis yang besar seperti pihak lainnya.

Dengan begitu pihak lainnya secara tidak langsung terpaksa harus menawarkan kerja sama bisnis, yang lebih menjanjikan bagi pihak pertama tersebut.

 

Identifikasi Kekuatan Bargaining Power dalam Bisnis

Terdapat sejumlah tanda yang dapat mengidentifikasi, apakah suatu pihak memiliki daya tawar-menawar bisnis tinggi atau tidak. Adapun tanda-tanda tersebut digolongkan menjadi dua, antara lain:

 

Saat Kuat

  • Memiliki lebih sedikit pembeli dibandingkan pemasok.
  • Produk suatu pihak tidak jauh berbeda dengan yang ditawarkan oleh kompetitor.
  • Mempunyai banyak alternatif bisnis.
  • Biaya peralihan rendah.
  • Memiliki daya untuk berhubungan dengan banyak pemasok.
  • Daya jual produk atau layanan jasa suatu pihak sangat tinggi.
  • Rendahnya ketergantungan terhadap satu pemasok ataupun pembeli.
  • Pada beberapa kasus bahkan tidak memiliki kompetitor alias mampu menguasai pangsa pasar secara tunggal.

 

Saat Lemah 

  • Memiliki lebih banyak pembeli dibandingkan pemasok.
  • Produk atau layanan jasa yang ditawarkan berbeda dengan pihak kompetitor.
  • Mempunyai alternatif yang lebih sedikit, artinya pembeli atau penjual sangat bergantung terhadap salah satu pihak.
  • Biaya peralihan tinggi.
  • Daya jual produk atau layanan jasa suatu pihak terbilang rendah.
  • Tidak memiliki daya kemampuan dalam menjalin kerja sama dengan banyak pemasok.
  • Memiliki pesaing di pasaran.

 

Baca Juga: Implementasi dari After Sales Service untuk Tingkatkan Omzet

 

Pengaruh Peningkatan Bargaining Power terhadap Target Pasar

Daya tawar-menawar memiliki serangkaian pengaruh yang cukup signifikan, terhadap target pasar atau bagi sebuah bisnis tertentu.

Pengaruh-pengaruh yang mampu diberikan bargaining power bagi target pasar atau suatu bisnis, di antaranya:

 

  • Terjadinya Penurunan atau Peningkatan Harga

Kondisi ini menggambarkan efek atas kekuatan daya tawar suatu pihak bagi pasar bisnis tertentu. Dalam menurunkan dan bahkan menaikkan harga produk maupun layanan jasa tertentu, kepada pihak pembeli, pemasok, atau penjual.

Kondisi tersebut tentu saja ingin dicapai oleh setiap pihak dalam bisnis, demi menjaga stabilitas atau bahkan meningkatkan margin keuntungan.

 

  • Adanya Permasalahan Kualitas Produk atau Barang

Daya tawar-menawar juga mampu mendorong timbulnya permasalahan terkait kualitas produk atau barang di pasaran. Adanya daya tawar-menawar yang tinggi, mampu memengaruhi product development dan kualitas produk di pasaran.

Hal ini karena, daya tawar-menawar yang tinggi cenderung membebankan suatu pihak dalam bisnis. Sehingga pihak tersebut terpaksa untuk berfokus pada kuantitas dibandingkan kualitas produk atau layanan jasanya.

Akibatnya, kondisi tersebut tentu saja dapat memicu efek negatif bagi pasar. Sebab, intensitas keluhan pelanggan terhadap suatu produk atau layanan jasa bisa meningkat tajam.

Selain itu situasi tersebut juga mampu menurunkan tingkat kepuasan pelanggan, atau bahkan menganjlokkan rasio retensi konsumen terhadap sebuah bisnis.

Artinya bisnis terkait berpotensi mengalami kerugian besar hingga terancam bangkrut, akibat banyaknya pelanggan yang memutuskan untuk pergi atau beralih kepada pihak kompetitor.

 

  • Mendorong Kemunculan Alternatif Lain

Kondisi ini lebih mengacu pada ekosistem yang cukup umum terjadi saat suatu bisnis tengah berlangsung.

Hal ini karena, tentu saja setiap pihak yang terlibat dalam suatu bisnis baik pembeli, penjual, ataupun pemasok ingin memeroleh keuntungan semaksimal mungkin.

Sehingga dapat memantik kemunculan alternatif lain dalam menjalin kerja sama bisnis hingga aktivitas pembelian di pasaran.  

 

  • Lahirnya Oligarki dalam Bisnis

Pengaruh terakhir yang dapat muncul akibat adanya daya tawar-menawar ialah lahirnya oligarki dalam lingkup bisnis tertentu.

Oligarki sendiri merupakan istilah yang menggambarkan struktur kekuasaan, di mana terdiri dari beberapa individu elit, keluarga, hingga perusahaan yang mempunyai izin dalam mengontrol sesuatu.

Apabila suatu pihak memiliki daya tawar-menawar yang tinggi, dibandingkan mayoritas pihak lainnya dalam sebuah pasar tertentu. Maka peluang lahirnya oligarki dalam suatu bisnis dapat meningkat.

Sebagai contoh, bahan baku bangunan yang tergolong langka dapat mendorong pemasok untuk menaikkan harga setinggi mungkin, sebagai bentuk respons menjanjikan atas tingginya angka kebutuhan pasar.

Hal ini karena bahan baku tersebut merupakan salah satu elemen fundamental, bagi setiap perusahaan manufaktur dalam menjalankan bisnisnya.

Alhasil para pemasok yang memiliki bahan baku bangunan langka tersebut, secara otomatis mampu memeroleh keuntungan berkali-kali lipat dibandingkan sebelumnya.

Adapun kondisi tersebut merupakan representasi dari oligarki dalam sebuah bisnis.

 

Kesimpulan

Atas penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bargaining power atau daya tawar-menawar adalah kemampuan pihak pembeli, penjual, ataupun pemasok dalam memengaruhi hingga mempertahankan suatu kesepakatan bisnis sesuai target bisnis tertentu.

Kemampuan daya tawar-menawar suatu pihak dalam bisnis dipengaruhi oleh sejumlah faktor mulai dari status, pengetahuan, modal sosial, dan sebagainya.

Adapun tinggi atau rendahnya daya tawar-menawar suatu pihak dapat dinilai dari daya jual produk hingga referensi alternatif koneksi bisnis pihak tersebut. 

Pada praktiknya, bargaining power juga mampu memengaruhi target pasar atau suatu bisnis tertentu. Pengaruh-pengaruh yang mampu ditimbulkan dari adanya daya tawar-menawar antara lain timbulnya permasalahan kualitas produk, hingga melahirkan kondisi oligarki dalam lingkup bisnis tertentu.

 

Software ERP
Software ERP

 

Demi menjaga atau bahkan meningkatkan bargaining power bisnis perusahaan Anda. Anda dapat memanfaatkan software ERP seperti software ERP milik RedERP.

Dengan menggunakan software ERP dari RedERP, tingkat bargaining power bisnis perusahaan Anda dapat meningkat. Sehingga bisnis perusahaan Anda mampu memeroleh profitabilitas setinggi mungkin, dan bahkan berpeluang menguasai pangsa pasar atas kompetitor lainnya.

Sebab software ERP RedERP mampu meningkatkan efektivitas, maupun efisiensi proses bargaining power bisnis Anda secara keseluruhan dengan sangat baik.

 

Demikian penjelasan kali ini. Semoga bisa memudahkan proses pemahaman Anda mengenai topik terkait, serta mampu memberikan efek positif bagi perkembangan bisnis Anda di masa mendatang. 

 

Tags:
Share:
Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
×

Hello!

Konsultasikan Kebutuhan ERP Disini atau Telp kami di +62812 111 42575

× Hubungi Kami