Aktivitas produksi oleh produsen dilakukan berdasarkan perencanaan tertentu. Namun, apabila ada perubahan permintaan dari konsumen, kuantitas barang yang diproduksi akan berubah.
Sering kali, perubahan permintaan tersebut menyebabkan bullwhip effect. Hal ini sendiri merupakan masalah dalam manajemen rantai pasok yang bisa menyebabkan kerugian bagi perusahaan.
Lantas, apa itu pengertian bullwhip effect dan bagaimana cara mengatasinya? Simak dalam ulasan RedERP berikut ini, ya!
Apa Itu Bullwhip Effect?
Bullwhip effect adalah suatu fenomena di mana ada perubahan permintaan yang terjadi di awal hingga akhir proses supply chain. Perubahan yang bisa terjadi di tingkat konsumen atau penjual tersebut memengaruhi keputusan produsen dalam memproduksi produknya.
Pada akhirnya, bullwhip effect akan menyebabkan perubahan kuantitas produksi, bisa lebih banyak atau lebih sedikit.
Jika terlalu banyak, produk akan overstock dan tidak terjual, menyebabkan perusahaan mengalami kerugian. Akan tetapi, jika terlalu sedikit, perusahaan tidak akan bisa memenuhi permintaan konsumen.
Contoh Bullwhip Effect
Istilah bullwhip effect mungkin akan terasa membingungkan apabila Anda hanya membaca teorinya. Itulah mengapa, contoh bullwhip effect ini akan memberi pemahaman tambahan untuk Anda.
Misalnya, ada sebuah kedai yang menjual 1000 minuman kaleng rasa jeruk setiap minggu. Kemudian, ada konsumen yang memesan lebih banyak minuman kaleng daripada biasanya.
Kedai tersebut pun mengira sudah terjadi perubahan permintaan dari konsumen. Tanpa ragu, kedai itu meningkatkan pembelian dari supplier sebanyak 2000 kaleng agar stok yang disediakan cukup.
Supplier yang menerima pesanan double dari kedai tersebut berpikir bahwa permintaan semakin banyak. Supaya kedai mendapatkan stok yang diinginkan, supplier pun meningkatkan produksi minuman kalengnya. Misalnya, dari 100.000 kaleng per minggu menjadi 110.000 kaleng.
Tentu saja, efek peningkatan permintaan konsumen tidak berhenti sampai di situ. Jika supplier ingin memproduksi lebih banyak minuman kaleng rasa jeruk, maka mereka membutuhkan buah jeruk dalam jumlah yang banyak.
Pembelian supplier secara besar-besaran dapat menyebabkan stok buah jeruk di masyarakat semakin menurun, bahkan langka.
Adapun, supplier juga bisa mendapat kerugian apabila ternyata konsumen tidak melakukan pembelian lebih banyak seperti biasanya. Hal ini bisa terjadi karena supplier tidak bisa menjual produk yang berlebih.
Penyebab Bullwhip Effect
Ada beberapa hal yang ikut berkontribusi dalam menyebabkan bullwhip effect, yaitu sebagai berikut:
Kompleksitas dalam Rantai Pasok
Rantai pasok global saat ini semakin kompleks dan kompetitif. Permintaan konsumen terus berubah dan pesanan semakin bervariasi.
Bertambahnya kompleksitas rantai pasok ini menyebabkan lebih banyak pihak yang terlibat dalam aktivitas permintaan dan produksi, menyebabkan bullwhip effect lebih mudah terjadi.
Ekspektasi Konsumen
Ekspektasi dari konsumen untuk terus mendapatkan produk dengan mudah membuat produsen mendapatkan tekanan untuk memproduksi lebih banyak. Hal ini kemudian bisa menyebabkan overstocking.
Fluktuasi Harga
Fluktuasi harga dalam bentuk diskon atau penawaran lainnya sangat memengaruhi permintaan konsumen. Jika ada diskon, maka permintaan konsumen akan semakin meningkat.
Terkadang, produsen salah mengartikan peningkatan tersebut. Produsen pun meminta lebih banyak produk, namun ketika diskon berakhir, akan ada banyak kelebihan produk yang tidak terjual.
Masalah Komunikasi
Salah satu penyebab paling sering dari bullwhip effect adalah masalah komunikasi yang terjadi sepanjang rantai pasok. Misalnya ada perbedaan informasi yang diterima terkait perubahan permintaan, permasalahan produksi, atau promosi.
Masalah dengan Lead Time
Lead time adalah jumlah waktu yang dilewati dari awal hingga akhir proses manufaktur. Lead time bisa menyebabkan bullwhip effect jika terlalu lama. Hal ini karena waktu yang dibutuhkan di setiap proses akan terus meningkat.
Hal itu tentu menyebabkan masalah komunikasi, kesulitan memenuhi permintaan konsumen, atau meningkatkan jumlah produk yang tidak wajar.
Cara Mengatasi Bullwhip Effect
Bagaimana jika bullwhip effect sudah terjadi? Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya, yaitu sebagai berikut:
Mengevaluasi Pesanan Kelompok
Biasanya, pesanan datang ke produsen dalam bentuk kelompok atau batch. Kelompok-kelompok pesanan ini bisa dipecah dengan ke dalam pesanan-pesanan kecil. Dengan demikian, perubahan permintaan dari konsumen tidak akan menyebabkan begitu banyak perubahan pesanan.
Menstabilkan Harga
Harga menentukan permintaan konsumen. Jika harga produk cenderung stabil, maka permintaan konsumen juga akan stabil. Hal ini akan menghindari fluktuasi permintaan yang tiba-tiba dan menyebabkan bullwhip effect.
Mengurangi Lead Time
Mengurangi lead time bermanfaat untuk mengurangi jumlah produk dalam inventaris. Ini karena produk bergerak dengan cepat, dari produksi hingga ke konsumen.
Meningkatkan Transparansi antara Supplier dan Konsumen
Bullwhip effect bisa terjadi jika supplier tidak mengetahui mengapa konsumen meningkatkan permintaannya. Oleh karena itu, penting sekali untuk meningkatkan transparansi di antara supplier dan konsumen.
Memperbaiki Perencanaan Produksi
Sebelum barang diproduksi, produsen harus melakukan perencanaan terlebih dahulu. Perencanaan ini termasuk analisis demand serta pertimbangan safety stock dan promosi yang akan diadakan. Semua itu dilakukan agar kuantitas barang yang diproduksi sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Memprediksi dengan Data
Supaya produsen tidak salah memproduksi, produsen harus melakukan demand forecasting atau prediksi permintaan. Prediksi ini sebaiknya dilakukan berdasarkan data nyata yang bisa menghasilkan insight strategis.
Menggunakan Teknologi
Teknologi berperan penting dalam mengatasi bullwhip effect. Teknologi yang dapat digunakan adalah supply chain software yang bisa mengoptimasi dan mempersingkat proses rantai pasok. Mulai dari perencanaan bahan baku, manajemen inventaris, perencanaan permintaan, dan manajemen supplier.
Baca Juga: Keunggulan Menggunakan Software SCM dalam Bisnis
Atasi Bullwhip Effect dengan Software Supply Chain Management
Bullwhip effect adalah salah satu masalah dalam proses rantai pasok. Masalah ini bisa menyebabkan kerugian karena stok produk terlalu banyak atau permintaan konsumen tidak dapat dipenuhi.
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, salah satu cara mengatasi bullwhip effect adalah menggunakan teknologi. Teknologi yang dimaksud merupakan Software Supply Chain Management dari Software ERP RedERP.

Supply Chain Software RedERP bisa memaksimalkan penyimpanan stok barang dengan modul Inventory & Distribution, mengatur perencanaan dan proses produksi dengan modul Manufacturing & Production, serta mendata promosi produk dan penjualan dengan modul Customers Relationship Management.
Dengan menggunakan modul-modul tersebut, Anda akan terhindar dari bullwhip effect. Karena itulah, yuk rasakan manfaatnya menggunakan software RedERP sekarang juga!