Table of Contents
Table of Contents

Tantangan Industri Elektronik di Indonesia dan Cara Meningkatkan Profitabilitasnya

industri elektronik

Seiring perkembangannya, industri elektronik Indonesia tidak pernah terlepas dari berbagai macam tantangan baik dari segi internal maupun eksternal. Jatuh bangun industri ini dalam menghadapi rintangan yang ada bahkan telah terjadi sejak beberapa dekade ke belakang. 

Walaupun terus dihantam oleh berbagai tantangan, industri elektronik Indonesia masih menunjukkan progres positif. Pemerintah sendiri menggolongkan industri elektronik sebagai salah satu sektor unggulan di Indonesia.

Maka dari itu, industri ini termasuk dalam program Making Indonesia 4.0 bersama enam sektor prioritas lainnya. 

Lantas, tantangan apa saja yang tengah dihadapi industri elektronik tanah air saat ini? Lalu, bagaimana solusi yang tepat untuk merespons segala tantangan yang ada guna mengembangkan sektor industri ini?

Simak penjelasan selanjutnya pada artikel RedERP di bawah ini!

 

Sejarah Singkat Industri Elektronik di Indonesia

Sebelum mengupas tantangan sektor industri elektronik tanah air secara satu per satu, berikut ini sekilas sejarahnya, mulai dari tahun 1950-an hingga 2000-an. 

 

Dekade 1950-an

Sejarah industri elektronika dimulai sejak pasca kemerdekaan Indonesia, tepatnya di dekade 1950-an. Saat itu kemerdekaan Indonesia belum sepenuhnya diakui oleh dunia dan masih berkonfrontasi dengan Belanda. 

Maka, pabrik industri elektronika saat itu hanya sekadar perakit. Hampir seluruh produk berbau elektronik pun saat itu masih berstatus impor, mengingat umur kemerdekaan Indonesia saat itu masih sangat muda dan belum mendapatkan pengakuan Internasional. 

Pada masa ini, setidaknya sudah ada tiga pelaku industri elektronika di Indonesia, dimana ketiganya merupakan perusahaan yang memproduksi radio, antara lain Philips Nederland, PT Transistor Radio Manufacturing, dan PT Nusantara Polar.

Kebijakan pemerintah RI saat itu pun cenderung melindungi hasil produk yang dirakit di dalam negeri.

 

Dekade 1960-an

Berlanjut ke era 1960-an, industri elektronika Indonesia mengalami perkembangan yang terbilang cukup signifikan. 

Hal ini berkat upaya kemitraan yang dilakukan oleh mendiang Thayeb M. Gobel dengan perusahaan asal jepang Matsushita Corporation.

Kemitraan yang dibangun antara Gobel dan Matsushita saat itu bisa dibilang menjadi momentum besar bagi perkembangan industri elektronika tanah air.

 

Baca Juga: Sistem Manufaktur: Pengertian, Fungsi, dan Klasifikasinya

 

Dekade 1970-an

Di era 1970-an, Penanaman Modal Asing (PMA) mulai bermunculan berdasarkan pada regulasi PMA yang telah dirancang sebelumnya.

Adapun perusahaan asing yang berhasil mendirikan usaha patungan di Indonesia berasal dari Jepang dan Eropa, seperti Panasonic, National, Sanyo, Grundig, dan Philips.

Alasan pembangunan kerja sama yang dilakukan adalah guna mengurangi ketergantungan negara terhadap aktivitas impor, terutama terhadap produk elektronik jadi. 

Oleh karena itu, pada dekade ini pemerintah mengeluarkan aturan terkait larangan impor CBU (Completely Build Up).

Selain itu, terdapat juga kebijakan pemberian tarif rendah terhadap impor CKD (Completely Knocked Down) untuk mengembangkan industri perakitan tanah air agar semakin maju.

 

Dekade 1980-an

Di pertengahan dekade 1980-an, industri elektronika Indonesia saat itu masih konsisten menarik mitra baru, seperti Samsung dan Goldstar yang mulai masuk. 

Namun, tidak lama pemerintah justru mengubah gebrakan deregulasi demi menggalakkan ekspor non-migas. 

Perubahan deregulasi yang dilakukan menghasilkan kesepakatan terkait perizinan impor seluruh barang elektronik, dengan persentase impor produk akhir di mana awalnya sebesar 20%—60% menjadi 20%—40% serta tarif terhadap komponen menjadi 0%—5%.

Dekade ini juga merupakan salah satu masa di mana industri elektronika tanah air tengah menjalani perkembangan pesat pasca pergantian model industrialisasi substitusi impor dengan model pembangunan yang berorientasi pada ekspor sejak tahun 1985 lalu.

 

Baca Juga: Jenis dan Perbedaan Ekspor Impor dalam Dunia Bisnis

 

Dekade 1990-an

Pada dekade 1990-an, para investor Jepang mulai mendirikan kawasan industri besar-besaran di Indonesia, termasuk MM2100 dan EJIP (East Jakarta Industrial Park) yang didirikan pada 1990 dan 1992.

Adapun tujuan utama dari pembangunan kedua kawasan itu adalah untuk menampung perusahaan Jepang dan investor asing lainnya yang turut mengoperasikan pabrik di lokasi industri tersebut.

Penyewa pertama kawasan industri MM2100 adalah perusahaan LG Electronics asal Korea Selatan pada 1990. Setelah itu, berturut-turut Panasonic dan Sony ikut menyewa kawasan tersebut.

Pada periode ini, industri elektronika Indonesia sebagai besar berfokus pada operasi perakitan suku cadang dan komponen impor. Komponen-komponen tersebut menjadi bahan dasar produksi produk akhir yang nantinya akan diekspor ke negara lain.

Di era ini pemerintah Indonesia menjalin kerja sama dengan ASEAN Free Trade Area. Kerja sama tersebut membuat Indonesia dibanjiri impor produk elektronik jadi dari berbagai negara seperti Korea, Eropa, hingga Cina. 

 

Dekade 2000-an

Pada 2006, Indonesia menjadi negara eksportir terbesar ke-15 di dunia dengan nilai total US$ 8 juta. Sebelumnya pada tahun 2000 Indonesia berada di peringkat ke-28. 

Dalam kurun waktu kurang lebih 6 tahun (2000-2006), ekspor elektronik Indonesia menghasilkan pangsa pasar global sebesar 0,99 persen. Nilai ekspor produk elektronik Indonesia di seluruh dunia rata-rata juga meningkat sebesar 41,08 persen.

Adapun penurunan tarif dunia terhadap produk elektronik Indonesia turut mengalami penurunan, mulanya sebesar 9,28 persen pada tahun 2000 menjadi 6,41 persen di tahun 2006. Pencapaian tersebut menjadi satu dari sekian faktor pendukung peningkatan ekspor elektronik Indonesia ke penjuru dunia.

Di saat yang bersamaan, seiring berkembangnya teknologi terjadi persaingan antara produsen elektronik asing di dalam negeri. Meski begitu, produk elektronik jadi buatan Indonesia justru kalah bersaing di pasarnya sendiri.

Terdapat beberapa faktor yang memengaruhinya, salah satunya kalah bersaing dari segi harga. Mengingat saat itu produk impor jauh lebih murah akibat tarif Bea Masuk (BM) yang lebih kecil dibandingkan impor komponen elektronik.

Kondisi struktur industri elektronika Indonesia yang masih tergolong lemah juga menjadi salah satu penyebab ketidakmampuan produk elektronik tanah air untuk dapat bersaing di pasar sendiri.

Di era ini, kandungan atau komponen lokal produk elektronik dan alat-alat listrik rumah tangga saat itu diperkirakan hanya sebesar 25%—30% saja.

Kementerian Perindustrian saat itu mencatat komponen elektronika yang diproduksi di dalam negeri masih tergolong elemen dasar misalnya speaker, transformer, chassis, ataupun cartoon box.

Produksi yang dilakukan Indonesia saat itu belum mampu menyentuh bagian berkandungan teknologi tinggi seperti kompresor dan sejenisnya.

 

Tantangan Industri Elektronik di Indonesia

Sejak memulai perkembangannya pada era 1950-an, Industri elektronika Indonesia terus dihadapi oleh berbagai tantangan.

 

Berikut 6 tantangan utama yang dihadapi oleh industri elektronika tanah air sejak awal perjalanannya hingga saat ini:

  • Minimnya pemasok komponen elektronika dalam negeri.
  • Sumber Daya Manusia (SDM) masih kurang berkompetensi.
  • Daya saing produk tanah air yang masih rendah.
  • Ketergantungan terhadap komponen impor.
  • Rendahnya kualitas infrastruktur industri elektronika tanah air.
  • Penggunaan sistem operasi dan administrasi bisnis yang masih belum efektif.

 

Peluang Industri Elektronik Indonesia di 2025

Meskipun masih dihadapi oleh sejumlah tantangan utama, industri elektronika Indonesia masih berpeluang untuk tumbuh hingga tahun 2025 mendatang.

Adapun pertumbuhan tersebut diproyeksikan melalui peningkatan pendapatan di 3 jenis produk elektronik tanah air, berikut penjelasannya.

 

  • Perangkat audio dan video 

Diprediksi akan mengalami pertumbuhan karena kondisi pasar Indonesia over-the-top sebesar US$123 juta pada 2018, dan diperkirakan akan meningkat menjadi US$1.502 juta pada 2026 mendatang. Dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebanyak 27,7 persen mulai dari 2019 hingga 2026 nanti.

 

  • Peralatan elektronik rumah tangga

Jumlah pendapatan industri elektronika Indonesia pada jenis produk ini diharapkan tumbuh sebesar 15,7 persen dari 2020 hingga 2025 mendatang. Dengan harapan proyeksi volume pasar sebesar US$1.798 juta pada tahun 2025.

 

  • Smartphone/Telepon seluler

Pandemi mendorong peningkatan penjualan smartphone online tanah air sebanyak 70% YoY (Year over year) dan 7% dari kuartal ke kuartal berikutnya di sepanjang Q2 (kuartal kedua) 2020.

Penetrasi produk smartphone di dalam negeri mencapai 70% dari populasi tahun 2020 dan diproyeksikan akan meningkat sekitar 19% pada 2025 mendatang.

 

Tingkatkan Profitabilitas Industri Elektronik Tanah Air dengan Sistem ERP

 

Software ERP
Software ERP

 

Salah satu tantangan industri elektronik di tanah air adalah penggunaan sistem operasi dan administrasi yang masih belum efektif. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan transformasi teknologi operasional menggunakan Ssoftware Manufaktur ERP (Enterprise Resource Planning) termutakhir.

Dengan menerapkan ERP, industri elektronik Indonesia berpeluang tinggi untuk dapat meningkatkan profitabilitasnya secara konsisten.

Penyedia layanan ERP terbaik Indonesia, RedERP, memiliki komitmen yang sejalan, yakni membantu perkembangan seluruh sektor perindustrian tanah air termasuk elektronika.

RedERP mengedepankan penyederhanaan dan otomatisasi pada setiap aspek operasional perusahaan melalui satu sistem yang sudah terintegrasi dengan baik.

Software manufaktur RedERP memiliki fitur solutif yang bisa perusahaan gunakan untuk mengoptimalkan produksi elektronik.

Fitur yang RedERP berikan termasuk penjadwalan dan perencanaan produksi, eksekusi manufaktur, dan manajemen quality control.

Setiap fitur tersebut dapat meningkatkan aktivitas operasional industri elektronika tanah air secara otomatis dan sederhana tanpa menurunkan tingkat akurasi, kinerja, ataupun performa.

RedERP adalah solusi tepat untuk meningkatkan profitabilitas serta mengoptimalkan kegiatan operasional industri elektronik Indonesia.

 

Ayo segera bergabung bersama kami dalam memajukan industri elektronika tanah air, agar semakin progresif dan berdaya saing global di kemudian hari!

 

Tags:
Share:
Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
×

Hello!

Konsultasikan Kebutuhan ERP Disini atau Telp kami di +62812 111 42575

× Hubungi Kami