Sejak 1 dekade terakhir, banyak sekali perubahan dan perkembangan yang terjadi di industri retail Indonesia. Mulai dari era hard discounter store dan catalog services, hingga menjamurnya e-retailing dan specialty store seperti sekarang.
Perkembangan yang saat ini terjadi merupakan bentuk dari pesatnya arus modernisasi global. Keberadaan komputer, smartphone, hingga akses internet yang semakin hari kian merata di Indonesia menjadi salah satu pemicu utama perkembangan e-retailing saat ini.
Meski sempat tertekan akibat pandemi COVID-19, perkembangan industri satu ini telah pulih dan menunjukkan tren pertumbuhan.
Berdasarkan data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, indikator penjualan retail di Indonesia tumbuh sebesar 15,42% (yoy). Hal ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat kembali pulih pasca pandemi COVID-19.
Lalu, sebenarnya apa saja tantangan yang sedang dialami sektor retail Indonesia saat ini dan bagaimana cara mengatasinya? Simak penjelasan lebih lanjut di artikel RedERP berikut ini!
Apa Saja Tantangan yang Dihadapi Industri Retail
Bisnis retail di Indonesia sendiri memang tidak terlepas dari berbagai tantangan. Meski begitu, para pebisnis retail tetap mampu bertahan lewat konsistensi mereka dalam berinovasi mengembangkan bisnis masing-masing.
Setidaknya, ada tujuh tantangan yang harus dihadapi oleh para pebisnis retail di Indonesia, berikut penjelasannya.
1. Terjadinya Perubahan Tren Belanja
Tantangan pertama dan pasti selalu terjadi adalah munculnya perubahan tren belanja di tengah konsumen. Bisnis-bisnis retail yang enggan menerima dan membaur dengan tren tentu akan mengalami tekanan.
Sebagai contoh, bisnis retail yang masih mengandalkan toko-toko fisik saat ini semakin tertekan akibat adanya perubahan tren belanja menjadi serba online, yang memanfaatkan fitur transaksi digital. Sekarang, para konsumen tidak perlu repot keluar rumah dan mengunjungi toko untuk membeli sebuah barang tertentu.
Cukup melalui smartphone dengan koneksi internet, konsumen sudah dapat mendapatkan barang tertentu yang diinginkan.
Atas fenomena yang terjadi saat ini, tentunya sebagai pebisnis retail harus selalu berinovasi serta mengikuti perkembangan tren, untuk menghadapi segala perubahan yang kemungkinan akan terus terjadi di masa mendatang.
2. Ekspektasi Konsumen yang Sangat Dinamis
Selain tren belanja yang terus mengalami perubahan, ekspektasi (keinginan) pelanggan terhadap barang yang ada juga sangat dinamis. Hal yang dapat dilakukan oleh para pebisnis retail adalah konsisten menyesuaikan perilaku konsumen terhadap produk.
Tidak harus mengubah secara keseluruhan produk yang telah ada, namun cukup tambahkan sejumlah elemen atau unsur berbeda sesuai ekspektasi para konsumen pada produk sebelumnya.
3. Penurunan Konsumsi dalam Industri Retail
Tantangan selanjutnya yang dihadapi industri retail kini ialah terjadinya penurunan konsumsi atau daya beli masyarakat.
Meski saat ini tren daya beli masyarakat sudah kembali pulih pasca pandemi COVID-19, tantangan ini tetap saja harus lebih dini diatasi. Hal tersebut bertujuan untuk mengantisipasi, jika sewaktu-waktu penurunan daya beli masyarakat kembali terjadi.
Beberapa faktor yang mendorong terjadinya penurunan daya beli masyarakat, antara lain transformasi yang terus mengarah menuju dunia digital (online) hingga pelemahan kurs rupiah terhadap dolar.
Dalam mengatasi tantangan tersebut, sebagai pelaku industri retail harus menerapkan sejumlah tindakan preventif, misalnya melakukan penghematan pengeluaran, konsisten berbaur dengan perkembangan zaman, lebih selektif dalam pemilihan ide bisnis, dan lain sebagainya.
4. Mempertahankan Loyalitas Konsumen
Bagi segelintir pebisnis retail, menjaga loyalitas konsumen di era yang serba digital saat ini tergolong lebih sulit. Tersebarnya barang kebutuhan di berbagai online shop atau marketplace tentu menjadi tantangan tersendiri bagi para pebisnis retail saat ini.
Hal yang dapat dilakukan para pengusaha retail, salah satunya adalah melakukan pendekatan secara personal terhadap konsumen. Dengan lebih berfokus memerhatikan para member (pelanggan tetap) serta menyampaikan informasi seputar preferensi kebutuhan konsumen, yang bisa dihubungkan dengan produk yang ditawarkan.
5. Pemenuhan Keinginan Konsumen
Dalam memenuhi keinginan konsumen, lagi dan lagi para pebisnis retail dituntut untuk ‘melek’ digital. Pemenuhan keinginan konsumen dapat diatasi oleh para pebisnis retail saat ini dengan menyiapkan produk yang bersifat contextual commerce.
Contextual commerce sendiri merupakan istilah proses produksi yang dilakukan dengan memerhatikan, mengawasi, dan mengumpulkan keinginan serta perilaku digital para konsumen.
Ini bertujuan agar pengusaha retail bisa menciptakan solusi yang cepat dan tepat, sehingga produk dapat segera ditawarkan dalam skala yang lebih personal.
6. Kompetisi Harga Sesama Pebisnis Retail
Sesama pebisnis retail pasti pernah mengalami persaingan harga. Meski begitu, persaingan harga antar pengusaha dewasa ini tidak lagi bisa dikatakan wajar. Bahkan fenomena ini tidak hanya terjadi secara offline, namun juga online.
Para pebisnis retail rela memasang harga serendah mungkin, demi barang yang ditawarkan habis terjual. Hal tersebut dapat berakibat fatal apabila terjadi secara berkelanjutan. Realitas ini akan mendorong banyak pebisnis retail mengalami kerugian atau bahkan kebangkrutan, akibat ketidakseimbangan pendapatan dengan biaya operasional ataupun modal yang dikeluarkan.
Langkah yang bisa dilakukan oleh para pebisnis retail adalah menciptakan produk yang lebih kreatif dan inovatif. Tentunya dengan harga yang tidak terlalu tinggi dan rendah namun tetap memeroleh keuntungan.
Selain itu, seorang pebisnis retail juga dapat mengubah haluan produk yang dijual apabila sudah terlalu banyak kompetitor serupa bermunculan.
7. Komunikasi Internal dan Kompleksitas Sistem Operasional
Selain dari sisi eksternal, faktor internal perusahaan pun juga bisa menjadi tantangan bagi bisnis industri retail.
Banyaknya divisi yang terlibat dalam perusahaan, berpeluang menimbulkan komunikasi yang tidak efisien antar karyawan. Tidak hanya itu, kompleksitas sistem operasional dalam suatu bisnis retail turut menjadi tantangan. Dibutuhkan solusi yang tepat, agar internal perusahaan dapat berjalan dan saling bekerja sama secara efektif
Hal ini bertujuan supaya pengembangan bisnis yang sedang berjalan tidak terhambat, sehingga meminimalisir munculnya permasalahan lainnya di tubuh perusahaan.
Baca Juga: Apakah Manfaat Penggunaan Ritel Software?
Software ERP RedERP Jadi Solusi Bisnis Retail Berkembang
Bisnis ritel bisa dikatakan bisnis yang akan selalu tumbuh subur di antara bisnis lainnya. Namun, perkembangan bisnis ini juga harus bisa mengimplementasikan teknologi sebagai bentuk adaptasi dengan perkembangan bisnis yang ada.
Implementasi teknologi akan membuat proses operasional bisnis menjadi lebih sederhana, efektif, dan efisien.
Salah satu teknologi yang mendukung proses operasional bisnis adalah software ERP. Diketahui, software ERP atau Enterprise Resource Planning merupakan serangkaian aplikasi yang memang diperuntukan untuk mengelola dan menyederhanakan proses bisnis dengan sistem digital yang terintegrasi.
Saat ini, di Indonesia sendiri sudah banyak vendor ERP seperti RedERP yang menyediakan software ERP yang memiliki modul lengkap dan sudah berbasis cloud. Dengan modul terintegrasi software ERP RedERP, pelaku bisnis retail dapat dengan mudah mengatasi dan mengelola beberapa hal di atas hanya melalui satu perangkat lunak.
Kehadiran modul software RedERP yang komprehensif juga merupakan bentuk dukungan bagi perkembangan bisnis retail Indonesia.
Di dalam perangkat lunak ERP terdapat modul accounting untuk membantu pengelolaan perusahaan agar lebih terukur dan terpantau dengan baik.
Selain itu, Anda juga bisa memanfaatkan ragam fitur yang tersedia untuk meminimalisir terjadinya human error hingga melakukan kontrol terhadap setiap proses keuangan perusahaan.
Modul selanjutnya yang bisa Anda manfaatkan adalah Procurement and Operations. Software ini akan membantu Anda dalam memaksimalkan proses pengadaan, mulai dari penawaran, hingga pembelian bahan baku retail secara sederhana, singkat, dan bahkan dapat diotomatisasikan.
Dengan menggunakan modul ini, perusahaan Anda juga dapat meminimalisir biaya dan menghemat waktu dalam proses operasional secara maksimal.
Software POS (Point of Sale) RedERP merupakan yang terbaik di Indonesia. Dalam penggunaannya, Anda akan dimudahkan saat memantau proses transaksi secara real time.
Tidak hanya itu, pembuatan laporan transaksi juga dapat dikerjakan secara cepat dan tepat. Analisa pola belanja pelanggan terhadap barang retail Anda juga dapat dibuat dengan mudah.
Optimalisasi branding produk serta peningkatan kepuasan pelanggan adalah dua strategi yang wajib dilakukan, agar bisnis retail Anda dapat bertahan di tengah tantangan yang ada.
software CRM (Customer Relationship Management) RedERP dapat membantu Anda memaksimalkan kedua hal tersebut.
Tidak berhenti di situ, software CRM RedERP juga bisa mengatur alur pengiriman barang di perusahaan serta membuat laporan penjualan lengkap secara real time, mulai dari penjualan, kinerja tim sales, keuntungan serta kerugian, dan lain sebagainya.