Naik atau turunnya harga barang-barang ternyata tidak hanya dipengaruhi oleh kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) saja. Kebijakan diskonto pun ternyata turut ambil peran di balik terjadinya fenomena tersebut.
Mungkin kebijakan diskonto masih terdengar asing di telinga mayoritas masyarakat. Meski begitu, ternyata kebijakan ini memiliki pengaruh yang sangat besar bagi perekonomian negara.
Kebijakan diskonto merupakan bagian dari instrumen kebijakan moneter yang biasanya dilaksanakan oleh bank sentral.
Bank sentral dalam hal ini berperan sebagai lembaga keuangan yang memiliki fungsi mengatur penambahan atau pengurangan peredaran uang dalam setiap perekonomian negara serta mengubah tingkat suku bunga.
Jadi, apa yang dimaksud kebijakan diskonto dan adakah manfaat yang diberikan bagi dunia bisnis? Simak dan pahami penjelasan mendalam artikel RedERP berikut, ya!
- Apa Itu Kebijakan Diskonto?
- Tujuan Kebijakan Diskonto
- Manfaat Kebijakan Diskonto
- Dampak Kebijakan Diskonto
- Contoh Kebijakan Diskonto di Indonesia
Apa Itu Kebijakan Diskonto?
Mengacu Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata diskonto memiliki arti potongan atau bunga yang harus dibayar oleh orang yang menjual wesel atau surat dagang yang diuangkan sebelum waktunya.
Di samping itu, kebijakan diskonto adalah salah satu upaya bank sentral untuk menambah atau mengurangi peredaran mata uang di masyarakat luas.
Upaya ini dilakukan dengan cara menyesuaikan suku bunga bank. Dalam praktiknya, di Indonesia kebijakan itu dipegang penuh oleh Bank Indonesia (BI).
Dalam mengatur peredaran mata uang secara teratur di masyarakat, Bank Indonesia (BI) bekerja sama dengan bank-bank umum tanah air dengan menerima pinjaman dana.
Adapun sistem sederhana dari kebijakan diskonto digambarkan sebagai berikut.
1. Saat Bank Indonesia (BI) Menaikkan Suku Bunga
Kondisi ini akan membuat jumlah mata uang yang beredar di masyarakat berkurang untuk mengantisipasi inflasi.
Hal ini karena masyarakat luas cenderung lebih tertarik untuk menabung di bank, karena mendapatkan bunga (keuntungan) yang lebih besar.
Tingginya minat menabung inilah yang membuat peredaran mata uang menurun.
2. Saat Bank Indonesia (BI) Menurunkan Suku Bunga
Situasi ini akan berdampak pada bertambahnya jumah mata uang yang beredar untuk mencegah terjadinya deflasi.
Berbanding terbalik, masyarakat luas justru akan lebih memilih menggunakan uangnya, dibandingkan ditabung karena hanya mendapatkan bunga (keuntungan) yang kecil.
Tujuan Diskonto
Kebijakan diskonto yang dipegang oleh Bank Indonesia (BI) juga memiliki tujuan lain selain mengatur peredaran mata uang di masyarakat, yaitu melancarkan likuiditas negara.
Likuiditas negara yang lancar akan mempermudah kebijakan diskonto untuk mengontrol permasalahan ekonomi serta merealisasikan pemerataan kesejahteraan masyarakat pada bidang tersebut.
Awalnya, dasar politik diskonto berdasarkan berbagai pertimbangan yang bersifat kepentingan ekonomi dan menjadi teknik di dunia perbankan.
Namun sekarang, muncul pertimbangan lainnya yang cenderung mengarah kepada sosial ekonomi.
Kini, pertimbangan sosial ekonomi tersebut dimanfaatkan sebagai alat untuk memengaruhi konjungtur di suatu negara.
Baca Juga: Cara Pembayaran Internasional untuk Bisnis UMKM
Manfaat Diskonto
Dalam penerapannya, kebijakan diskonto memiliki segudang manfaat bagi negara. Bahkan dapat dibilang, kebijakan ini menjadi kunci utama untuk menyelamatkan suatu negara dari krisis.
Berikut ini 4 manfaat dari kebijakan diskonto bagi negara:
1. Meningkatkan Cadangan Uang dalam Menghadapi Krisis Moneter
Adanya kebijakan diskonto membuat negara lebih siap dalam menghadapi krisis moneter.
Seperti yang diketahui, krisis moneter merupakan permasalahan finansial yang sangat kompleks bagi suatu negara.
Sepanjang sejarah, sejumlah negara di dunia pernah mengalami permasalahan ini, mulai dari Jepang hingga Jerman. Kebanyakan kondisi krisis moneter terjadi saat perang dunia masih berlangsung.
Pada Juli 1997 silam, Asia Tenggara juga pernah mengalami krisis moneter akibat hilangnya kepercayaan investor terhadap mata uang Asia.
Negara-negara Asia Tenggara yang mengalami krisis moneter saat itu, di antaranya Thailand, Filipina, Malaysia, Singapura, dan Indonesia.
2. Harga Barang di Pasar Dapat Terkendali dengan Baik
Saat mayoritas harga barang di pasaran meroket tinggi, hal yang dilakukan bank sentral dalam hal ini Bank Indonesia (BI) adalah meningkatkan suku bunga.
Cara ini bertujuan menarik minat masyarakat untuk menabung di bank, sehingga peredaran mata uang menurun diikuti jumlah permintaan terhadap barang yang mengalami hal serupa.
Hal ini juga tentunya akan memberikan manfaat terhadap jalannya suatu kegiatan bisnis. Harga barang yang cenderung stabil akan mendorong produktivitas dunia bisnis usaha.
3. Mendongkrak Nilai Kurs Mata Uang
Manfaat selanjutnya yang dapat diperoleh dari penerapan kebijakan diskonto adalah meningkatnya nilai kurs rupiah terhadap mata uang asing.
Mudahnya, apabila permintaan terhadap suatu kurs meningkat, maka nilai kurs tersebut turut mengalami peningkatan dan begitu pula sebaliknya.
Seiring menguatnya nilai tukar rupiah terhadap sejumlah mata uang asing, maka semakin tinggi pula keuntungan yang diperoleh oleh para pelaku bisnis.
Hal ini terjadi apabila seorang pelaku bisnis melakukan kegiatan penjualan produk atau jasa kepada para konsumen luar negeri.
Baca Juga: Valuta Asing: Definisi, Fungsi, dan Jenisnya
4. Inflasi Lebih Mudah Dikendalikan
Apabila penerapan kebijakan diskonto dilakukan secara tepat, maka pengendalian inflasi akan jauh lebih mudah dilakukan.
Situasi ini juga tidak selalu berakhir buruk, inflasi terkadang turut memberikan manfaat tersendiri sesuai kebutuhan ekonomi pada momen-momen tertentu.
Terjadinya inflasi di suatu negara juga menjadi tanda bahwa ekonomi negara tersebut sedang mengalami perkembangan.
Dampak Kebijakan Diskonto
Kebijakan diskonto dapat memiliki berbagai dampak tergantung pada konteks ekonomi dan tujuan kebijakan yang diterapkan.
Berikut adalah beberapa dampak umum yang dapat terjadi akibat kebijakan diskonto:
1. Dampak terhadap Suku Bunga
Kebijakan diskonto biasanya mempengaruhi suku bunga yang digunakan oleh bank sentral dalam meminjamkan dana kepada bank-bank komersial.
Jika bank sentral menaikkan diskonto, suku bunga juga cenderung naik, yang dapat berdampak pada biaya pinjaman bagi individu dan bisnis.
Kenaikan suku bunga dapat menurunkan minat untuk meminjam, menghambat investasi, dan mengurangi belanja konsumen.
2. Dampak terhadap Inflasi
Jika bank sentral menurunkan diskonto, suku bunga menjadi lebih rendah. Hal ini dapat mendorong individu dan bisnis untuk meminjam lebih banyak dan menghabiskan uang mereka, yang dapat meningkatkan permintaan agregat dan potensialnya mendorong inflasi.
Namun, kebijakan diskonto juga dapat digunakan untuk mengendalikan inflasi dengan menaikkan suku bunga untuk mengurangi pinjaman dan pengeluaran.
3. Dampak terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Kebijakan diskonto yang ditetapkan oleh bank sentral dapat mempengaruhi tingkat investasi dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Jika diskonto diturunkan, suku bunga yang lebih rendah dapat mendorong pinjaman dan investasi, yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi.
Sebaliknya, jika diskonto dinaikkan, pinjaman dan investasi mungkin menjadi lebih mahal, yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.
4. Dampak terhadap Nilai Tukar
Kebijakan diskonto juga dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang.
Jika bank sentral menaikkan suku bunga dengan meningkatkan diskonto, hal ini dapat menarik minat investor asing dan meningkatkan permintaan terhadap mata uang tersebut, yang dapat menguatkan nilai tukar.
Sebaliknya, penurunan diskonto dapat melemahkan nilai tukar mata uang.
5. Dampak terhadap Stabilitas Keuangan
Kebijakan diskonto yang tidak tepat dapat mempengaruhi stabilitas keuangan.
Misalnya, suku bunga yang terlalu rendah dapat mendorong risiko penggelembungan aset atau hutang yang tidak terkendali. Di sisi lain, suku bunga yang terlalu tinggi dapat memperberat beban keuangan bagi peminjam dan bisnis yang rentan.
Contoh Kebijakan Diskonto di Indonesia
Di Indonesia sendiri, setidaknya ada 2 penerapan kebijakan diskonto yang paling umum dilakukan, berikut uraiannya.
1. Perilisan Surat Berharga Negara (SBN)
Perilisan Surat Berharga Negara (SBN) dapat berupa surat utang, obligasi negara, dan Saving Bond Ritel (SBR).
Adanya SBN bertujuan untuk menampung sebanyak mungkin dana dari masyarakat, dengan periode pengembalian beserta bunga yang telah ditentukan.
Dana penjualan SBN nantinya akan dimanfaatkan pemerintah untuk pembiayaan sektor-sektor krusial negara, misalnya pemenuhan APBN, pembangunan infrastruktur, hingga pendanaan penanganan bencana nasional seperti pandemi COVID-19.
2. Pengaturan BI Repo Rate
Contoh penerapan kebijakan diskonto selanjutnya adalah pengaturan BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR), atau yang biasa disebut BI Repo Rate/BI Rate.
BI Repo Rate merupakan acuan suku bunga yang ditentukan oleh Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral. Acuan suku bunga yang ditetapkan harus dipatuhi oleh seluruh bank umum di Indonesia.
Ada dua opsi tindakan yang dapat dilakukan dalam metode BI Repo Rate, yaitu peningkatan dan penurunan.
Masing-masing opsi tindakan mempunyai dampak tersendiri. Sebagai contoh, apabila BI Repo Rate mengalami peningkatan maka tingkat bunga bank juga ikut naik.
Tingkat bunga yang tinggi diharapkan mampu menarik masyarakat luas untuk menaruh dana mereka di bank. Hal ini akan membuat tingkat inflasi turun.
Kemudian jika BI Rate mengalami penurunan, maka tingkat inflasi semakin meningkat.
Tujuan dari penurunan tersebut, antara lain meningkatkan perputaran uang di masyarakat, mendistribusikan uang ke sektor-sektor lebih produktif, dan lainnya.
Hal ini terjadi karena masyarakat terdorong untuk menarik dana dari bank, dan menggunakannya untuk melakukan proses transaksi.
Baca Juga: MEA: Pengertian, Tujuan, dan Manfaat untuk Negara ASEAN
Itulah pembahasan mengenai kebijakan diskonto dan manfaatnya. Terima kasih telah membaca ulasan dari RedERP ini, semoga informasi yang diberikan bisa memberi manfaat bagi Anda.