Research gap adalah sebuah kesenjangan penelitian yang akan membantu memperbaiki penelitian selanjutnya. Istilah satu ini bukan hanya berlaku bagi dunia akademisi, tapi juga dalam bidang bisnis.
Dalam bisnis, research gap akan membantu untuk memahami keadaan bisnis kita lebih dalam dan berdasarkan data. Tentu hal ini akan sangat membantu kita untuk lebih memahami seluk beluk bisnis sebelum terjun dalam proses bisnis.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai apa itu research gap, mari baca keterangannya di artikel RedERP berikut.
Apa Itu Research Gap?
Research gap adalah suatu keadaan yang menunjukkan adanya inkonsistensi antara hasil penelitian yang telah diformulasikan dengan data-data pendukung.
Hal ini biasa terjadi karena ada bagian yang terlewat pada saat melakukan penelitian lalu memberikan suatu jawaban yang berbeda.
Selain itu, research gap juga bisa diartikan sebagai kesenjangan penelitian yang bersumber dari perbedaan hasil penelitian terdahulu, mulai dari konsep, teori, data, sampai masalah di lapangan yang menjadi celah bagi penelitian berikutnya.
Istilah ini juga ditemukan dalam dunia bisnis, biasanya jika hal ini terjadi akan sangat berdampak pada pada kelancaran bisnis dan profit yang didapatkan perusahaan. Kesenjangan penelitian bisa menimbulkan kerugian seperti turunnya kepuasan pelanggan.
Di luar dari segala efek negatifnya, research gap juga memiliki dampak positif sebagai bahan evaluasi perusahaan.
Baca juga: Ini yang Harus Diperhatikan Ketika Berbisnis Online Marketplace
Jenis-jenis Research Gap
Agar dapat mengetahui dan mengevaluasi research gap, sangat penting bagi kita untuk dapat mengidentifikasi kesenjangan apa yang ditemukan.
Oleh karena itu, kita juga perlu mengenal jenis-jenis research gap yang mungkin kita temukan dalam proses bisnis, seperti berikut ini:
1. Theoretical Gap
Jenis research gap pertama adalah theoretical gap. Ini adalah jenis kesenjangan dalam penelitian yang berkaitan dengan teori yang digunakan dalam suatu riset.
Ada kalanya teori yang kita gunakan dalam riset memiliki kekurangan atau kelemahan sehingga memunculkan gap ketika diterapkan dalam bisnis.
Atau, ada juga kemungkinan bahwa hasil yang kita dapatkan adalah kasus baru sehingga belum ada teori yang mampu menjelaskan.
2. Empirical Gap
Jenis gap ini terjadi pada fenomena empiris pada hasil penelitian. Kesenjangan ini akan terlihat pada hasil penelitian. Oleh karenanya, Anda perlu memperhatikan apakah memang ada ketidak konsistenan di dalam penelitian.
Kesenjangan ini akan terlihat dari adanya inkonsistensi antara hasil dan data faktual. Di kondisi ini, Anda bisa memanfaatkan kekurangan menjadi bahan riset.
Untuk mengatasi gap ini adalah dengan melakukan perbandingan antara kajian yang sudah ada sebelumnya dan ditunjang dengan teori yang pas.
3. Population Gap
Population gap adalah jenis research gap yang berdasarkan pada produktivitas bisnis dan juga jangkauan populasi dalam mengambil data penelitian.
Di dunia bisnis, umumnya menggunakan penentuan target market yang dijadikan untuk dasar dalam melihat apakah terjadi population gap di penelitian sebelumnya.
4. Evidence Gap
Evidence gap adalah penelitian yang lebih fokus pada kesenjangan bukti penelitian. Tolak ukurnya adalah fakta umum yang sudah sering terjadi.
Peneliti akan mampu menemukan titik kesenjangan antara fenomena yang tidak asing dengan bukti yang ada di lapangan.
Sehingga, Anda dapat mengatur strategi berdasarkan hasil penelitian terbaru.
Baca juga: 7 Hal Ini Jadi Tanda Perusahaan Anda Membutuhkan Aplikasi CRM
Cara Mengidentifikasi Research Gap
Perlu Anda ketahui, jika Anda memutuskan untuk melakukan riset kajian bisnis lebih dulu, keempat jenis research gap tidak bisa secara langsung diperoleh. Ini mengartikan bahwa hasil riset yang kompleks, akan cukup sulit untuk menemukan poin kesenjangan yang terjadi.
Maka itu, diperlukan metode untuk mengidentifikasi research gap yang tepat, berikut ini beberapa metodenya.
1. Mencari Konsep yang Luput dari Peneliti
Cobalah untuk mencari konsep yang mungkin terlewat dari konsep penelitian sebelumnya. Pada saat melakukan penelitian selanjutnya, Anda perlu memperhatikan konsep yang terlewat ini untuk mencari jawaban dari gap yang ada.
Anda bisa memperkaya data dengan melakukan wawancara atau mengajukan pertanyaan pada peneliti sebelumnya terkait kemungkinan konsep yang terlewat.
2. Menganalisis Celah dalam Riset
Suatu penelitian tidak akan pernah sempurna karena ada berbagai faktor. Faktor yang paling umum ditemukan adalah keterbatasan peneliti serta kurang cermatnya dalam mengambil variabel yang kompatibel sesuai penelitian tersebut. Inilah yang disebut dengan celah dalam riset.
Celah yang ada dalam dari riset terdahulu akan membantu Anda menemukan strategi bisnis yang baru dengan peningkatan kualitas riset yang Anda lakukan.
Baca Juga: Fungsi Melakukan Manajemen Strategi dalam Bisnis
3. Berpatokan pada Hasil Penelitian yang Masih Kurang Jelas
Hasil dari suatu penelitian dapat memberikan gambaran terkait proses riset tersebut.
Bila hasil penelitian kurang jelas, maka peneliti selanjutnya bisa menarik kesimpulan bahwa ada research gap dalam proses riset sebelumnya.
Contoh Research Gap
Terdapat penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Produksi Industri Manufaktur di Indonesia“. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah produksi dalam industri manufaktur di Indonesia.
Meskipun telah banyak penelitian sebelumnya yang mengkaji faktor-faktor produksi, namun masih terdapat research gap dalam pemahaman tentang faktor-faktor spesifik yang secara signifikan memengaruhi jumlah produksi di Indonesia.
Faktor-faktor tersebut dapat meliputi perubahan kebijakan pemerintah, tingkat teknologi yang digunakan, akses terhadap bahan baku, dan faktor-faktor lain yang relevan.
Berdasarkan penelitian tersebut, perbedaan faktor yang mempengaruhi jumlah produksi di industri manufaktur di Indonesia dapat bervariasi tergantung pada sektor dan karakteristik spesifik dari perusahaan manufaktur yang diteliti.
Penelitian A memberikan hasil bawha penerapan teknologi adalah faktor yang paling signifikan dalam jumlah produksi. Perusahaan yang mengadopsi teknologi canggih dan otomatisasi mungkin mampu meningkatkan efisiensi produksi dan dengan demikian meningkatkan jumlah produksi mereka.
Sementara penelitian B menyatakan bahwa faktor akses terhadap bahan baku adalah faktor kunci utama dalam produktivitas dalam industri manufaktur.
Tersedianya bahan baku dan kemampuan perusahaan manufaktur untuk mendapatkan bahan baku dengan harga yang kompetitif dapat memengaruhi jumlah produksi. Perusahaan yang memiliki akses yang baik dan stabil terhadap bahan baku yang diperlukan cenderung mampu mempertahankan atau meningkatkan tingkat produksi mereka.
Hubungan Research Gap dengan Bisnis
Kemudian, apakah ada kaitannya antara research gap dengan bisnis? Tentu ada.
Bisnis sangat bergantung pada pasar dan tentu kita harus beradaptasi. Salah satu caranya adalah melakukan penelitian pasar atau disebut juga market research secara rutin mengikuti perkembangan pasar.
Apalagi strategi-strategi bisnis yang diambil harus mempertimbangkan keadaan pasar sehingga kita perlu terus menemukan research gap dalam penelitian mengenai target pasar.
Ketika Anda terus menemukan research gap, bisnis akan terus menemukan celah pasar sehingga bisnis dan produk Anda bisa selalu relevan mengikuti perkembangan pasar.
Oleh karena itu, sebagai pebisnis Anda perlu melakukan riset pasar secara rutin untuk terus menemukan research gap. Dengan begitu, Anda dapat menentukan strategi pemasaran lanjutan untuk menjalankan bisnis.
Untuk mempermudah Anda dalam melakukan riset, Anda bisa menggunakan software CRM dari RedERP. Software CRM RedERP akan membantu bisnis Anda dalam mengelola data prospek pelanggan Anda.
Selain itu Software ERP Indonesia RedERP memiliki banyak modul lain yang dapat membantu otomatisasi proses bisnis perusahaan menjadi lebih tepat dan efektif.
Segera ajukan demo Gratis RedERP sekarang juga.