Sebagai pelaku bisnis, mungkin Anda pernah mendengar istilah fair value atau nilai wajar. Fair value adalah suatu alat yang berguna bagi perusahaan untuk membantu dalam memahami keadaan keuangan perusahaan pada kondisi saat ini.
Dalam dunia akuntansi, fair value atau nilai wajar memiliki ketidaksamaan dengan kondisi yang ada pada saat ini. Untuk mengetahui apa yang membuat hal tersebut berbeda, simak penjelasan dari artikel RedERP berikut ini ya!
Apa Itu Fair Value?
Fair value adalah sebuah estimasi atau perkiraan harga bagi suatu aset, barang, atau jasa yang dirancang secara akurat oleh perusahaan dengan tujuan untuk mewakili perkiraan nilainya di masa yang akan mendatang.
Tujuan perusahaan dalam melakukan penilaian fair value adalah untuk menentukan harga produk yang bisa disepakati oleh kedua belah pihak, baik pihak produsen maupun pihak konsumen.
Setiap individu yang berhubungan langsung dengan keuangan atau perekonomian di sebuah perusahaan wajib untuk memahami fair value, karena fair value ini merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk dipahami.
Terdapat beberapa faktor yang bisa Anda gunakan dalam menentukan harga dari fair value, di antaranya adalah perbandingan antara harga jual terakhir dari suatu aset serta perubahan nilai pasar yang terjadi sejak penjualan yang terakhir.
Selain itu, Anda juga bisa menggunakan perkiraan nilai aset yang akan terjadi di masa yang akan mendatang untuk menentukan fair value.
Hierarki Fair Value
Hierarki fair value adalah suatu konsep dalam akuntansi dan penilaian aset serta utang yang diatur oleh DSAK IAI atau Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia.
Hierarki ini digunakan untuk menentukan tingkat keandalan dan objektivitas informasi yang digunakan dalam menilai nilai wajar suatu aset atau utang.
Hierarki Fair Value terdiri dari tiga tingkatan, yaitu:
Level 1: Data Pasar
Tingkatan ini mencakup nilai wajar yang berasal dari harga pasar yang dapat diamati secara langsung untuk aset atau utang yang identik, misalnya melalui bursa efek.
Data ini sangat dapat diandalkan karena didasarkan pada transaksi pasar yang nyata dan terjadi secara rutin.
Level 2: Data yang Dapat Diobservasi Secara Langsung atau Tidak Langsung
Tingkatan ini mencakup nilai wajar yang diestimasi berdasarkan data pasar yang tidak aktif atau data internal perusahaan.
Contohnya, penggunaan harga dari instrumen keuangan sejenis atau data harga yang berasal dari pasar yang kurang likuid. Meskipun data ini tidak sekuat Level 1, namun masih dianggap cukup andal dan dapat diandalkan.
Level 3: Data yang Tidak Dapat Diobservasi Secara Langsung
Tingkatan ini mencakup nilai wajar yang sangat bergantung pada asumsi dan estimasi perusahaan, karena data pasar yang relevan tidak tersedia.
Metode yang digunakan bisa berupa model matematika atau analisis statistik. Tingkatan ini dianggap paling tidak dapat diandalkan karena lebih rentan terhadap ketidakpastian.
Cara Menghitung Fair Value
Dalam menghitung ataupun menentukan fair value suatu produk, sebenarnya tidak ada rumus khusus yang dirancang dalam melakukan penghitungan ini.
Hal ini dikarenakan terdapat berbagai jenis aset yang memerlukan evaluasi berbeda. Selain itu, ada pula berbagai metode yang lebih disukai pada tiap aset tersebut.
Setiap akuntan, akan menggunakan metode yang berbeda dalam merancang sebuah fair value, walaupun mereka menghitung aset yang sama.
Secara umum, terdapat beberapa langkah dalam menghitung fair value yang perlu Anda ketahui, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Menghitung Informasi yang Sebanding
Metode pertama yang dapat Anda gunakan untuk melakukan penghitungan fair value adalah dengan menggunakan perbandingan wajar.
Salah satu cara yang dapat Anda lakukan adalah dengan membandingkan harga-harga yang terdapat di pasaran, baik itu harga barang di toko offline maupun di toko online.
Setelah menemukan perbandingan harga, Anda dapat mengambil harga rata-rata sebagai nilai wajar.
Baca Juga: Mau Bisnis Online Marketplace? Ini yang Harus Diperhatikan
2. Menghitung Arus Kas
Dalam berinvestasi, sebaiknya Anda melakukan penghitungan terhadap arus kas selama investasi itu dilakukan.
Penghitungan yang dapat Anda lakukan adalah dengan cara mengukur arus kas terhadap setiap pengeluaran potensial dari investasi, contohnya seperti bunga yang dibayarkan untuk mengamankan suatu pembelian.
3. Mengubah Perhitungan dari Suatu Penilaian
Jika suatu aset sudah mengalami perubahan pada nilai variabelnya, maka dibutuhkan sebuah pendekatan baru.
Contoh terjadinya perubahan nilai variabel ialah perusahaan yang mengeluarkan produk baru hingga mengalami kesuksesan dan suatu produk menjadi langka dan antik.
Cara yang dapat Anda lakukan adalah dengan menilai hasil yang terjadi dari perubahan produk serta bagaimana perubahan itu akan mempengaruhi nilai yang ada.
Misalnya, barang yang semakin langka dan antik tentu akan semakin mahal harganya.
Manfaat dari Penerapan Fair Value
Terdapat beberapa manfaat dari penerapan fair value yang perlu Anda ketahui, di antaranya adalah sebagai berikut.
- Membuat penilaian harga lebih akurat dan sesuai dengan realitas pasar aset.
- Memudahkan penilaian aset agar tepat dan akurat.
- Membantu menilai pendapatan dengan lebih baik.
- Membantu menghemat aset ketika aset perusahaan tengah mengalami depresiasi.
Baca Juga: Kenali Pengertian Profit Center dan Jenis-jenisnya
Contoh Fair Value
Berikut adalah beberapa contoh dari fair value yang sering digunakan oleh berbagai perusahaan, di antaranya yaitu:
1. PSAK 68
PSAK 68 adalah nilai wajar yang mencakup kewajiban dan aset dalam suatu transaksi yang dilakukan oleh perusahaan pada titik waktu tertentu.
Terdapat asumsi yang mendasari pada penghitungan fair value jenis ini, yaitu pelaku pasar akan menggunakan standar akuntansi yang terbaik (best practice) pada saat perusahaan menetapkan harga untuk menjual suatu aset.
Perusahaan akan menjadikan liabilitas dan aset sebagai subjek untuk mengukur fair value karena memiliki nilai yang rendah bagi entitas untuk memicu kerugian atas pengalihan liabilitas atau penjualan aset.
2. Nilai Wajar pada Aset Non-keuangan
Aset non keuangan adalah aset yang membawa perubahan keuntungan atau rupiah seiring dengan berjalannya waktu. Contoh dari aset non keuangan ini di antaranya adalah fasilitas fisik dari suatu pabrik, persediaan, serta goodwill.
Itulah informasi mengenai fair value yang perlu Anda ketahui, semoga artikel RedERP kali ini dapat bermanfaat untuk Anda ya!