Grosir adalah salah satu bisnis yang menjadi perantara antara produsen dengan pedagang eceran. Di dalam menjalankan bisnisnya, biasanya ada perbedaan antara harga grosir dan harga eceran.
Grosir bukanlah sekadar tempat di mana produk dibeli dan dijual. Ia adalah jantungnya rantai pasokan yang membawa produk dari produsen ke konsumen akhir.
Perannya yang vital dalam perekonomian adalah alasan mengapa banyak pengusaha dan pebisnis yang melihat potensi besar dalam berinvestasi di sektor grosir.
Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut mengenai usaha grosir, jenis, hingga cara kerjanya. Yuk disimak!
Apa Itu Grosir?
Secara sederhana, grosir atau wholesale adalah kegiatan bisnis yang menjual barang melalui pembelian skala sangat besar produk dari produsen terlebih dahulu.
Sebelum kembali dijual dalam kuantitas besar (per lusin, dll) kepada pihak retail dengan rentang harga yang lebih mahal atau murah dibandingkan pabrik (produsen).
Bisa dibilang, unit bisnis ini merupakan perantara dalam kegiatan jual-beli suatu barang. Grosir juga merupakan unit bisnis yang bersifat B2B (Business to Business), karena menerapkan sistem penjualan kepada sesama pelaku usaha dengan skala lebih kecil, misalnya retailer.
Di Indonesia sendiri, pemerintah telah mengeluarkan peraturan mengenai industri grosir. Seperti yang tertuang dalam Permendag Nomor 24 Tahun 2021 tentang Perikatan untuk Pendistribusian Barang oleh Distributor atau Agen.
Baca Juga: Rekomendasi Aplikasi Grosir Untuk Maksimalkan Penjualan
Perbedaan Grosir dan Eceran
Grosir dan eceran adalah dua konsep yang berbeda dalam dunia perdagangan. Berikut adalah perbedaan antara grosir dan eceran:
1. Volume Pembelian
Grosir adalah jenis perdagangan yang berhubungan dengan pembelian barang dalam jumlah besar atau volume besar.
Biasanya, grosir ditujukan untuk penjualan kepada pengecer atau bisnis lainnya. Sebaliknya, eceran adalah penjualan barang dalam jumlah yang lebih kecil, biasanya kepada konsumen akhir.
2. Harga
Grosir umumnya menawarkan harga yang lebih rendah daripada eceran karena pembelian dalam jumlah besar.
Hal ini karena grosir biasanya membeli langsung dari produsen atau distributor dengan volume yang lebih besar, sehingga mereka bisa mendapatkan diskon atau harga grosir.
Di sisi lain, eceran biasanya menawarkan harga yang lebih tinggi karena mereka memperoleh barang dari grosir atau distributor dengan harga lebih tinggi dan harus memperoleh keuntungan.
3. Pelanggan
Grosir melayani pengecer, toko-toko, atau bisnis lain sebagai pelanggan mereka. Mereka tidak langsung berhubungan dengan konsumen akhir.
Sementara itu, eceran bertujuan untuk melayani konsumen akhir, sehingga interaksi antara penjual dan pembeli terjadi secara langsung.
4. Kemasan dan Pengemasan
Barang yang dijual grosir umumnya dikemas dalam jumlah besar, seperti kardus, palet, atau bungkus besar. Sebaliknya, dalam eceran, barang-barang sering dikemas dalam jumlah yang lebih kecil, seperti kotak, bungkus plastik, atau wadah individual.
5. Tujuan
Grosir bertujuan untuk memperoleh keuntungan melalui penjualan dalam jumlah besar kepada pengecer atau bisnis lainnya.
Eceran bertujuan untuk menjual barang langsung kepada konsumen akhir untuk mendapatkan keuntungan.
Namun, penting untuk dicatat bahwa dalam beberapa kasus, bisnis dapat beroperasi dalam kedua model, yaitu menjual grosir dan eceran, tergantung pada jenis pelanggan yang dilayani atau strategi mereka dalam memasarkan produk.
Contoh Jenis-jenis Grosir
Setidaknya terdapat contoh 7 jenis grosir yang umum dilakukan oleh mayoritas pelaku usaha atau perusahaan, berikut penjelasannya.
1. Pedagang Grosir (Merchant Wholesalers)
Merchant wholesale adalah grosir yang paling umum diterapkan. Jenis ini melakukan pembelian dalam skala besar, penyimpanan, dan penjualan kepada pihak ketiga (pengecer).
Merchant wholesale tidak memiliki batasan produk yang akan dijual. Biasanya, merchant wholesale merupakan grosir yang menjalankan bisnisnya di sektor Fast Moving Consumer Goods (FMCG).
2. Pedagang Besar Umum (General Wholesalers)
Jenis kedua adalah general wholesalers, grosir ini membeli produk melalui lebih dari satu produsen (pemasok) dengan skala yang sangat besar.
Nantinya, setiap barang yang dibeli akan dijual kembali kepada pihak ketiga (pengecer) guna mendapatkan keuntungan.
3. Pedagang Besar Khusus (Speciality Wholesalers)
Speciality wholesalers hanya menjual produk tertentu saja dalam skala besar kepada pihak ketiga (retailer). Hal tersebut karena, speciality wholesalers memiliki pengetahuan mendalam terkait produk tertentu yang mereka kuasai.
4. Pedagang Besar Produk Tertentu (Specific Product Wholesalers)
Specific Product Wholesalers merupakan jenis grosir, yang memasok beberapa merek namun masih termasuk dalam satu kategori. Mereka akan menjual barang dagangan mereka dalam skala yang cukup besar kepada pihak ketiga (retailer).
5. Pedagang Besar Diskon (Discount Wholesalers)
Discount wholesalers biasanya akan menjual produk mereka dalam jumlah unit yang besar, dengan potongan harga cukup signifikan.
6. Pedagang Kapal Drop (Drop Ship Wholesalers)
Dropship Wholesalers tidak hanya menawarkan produk dalam jumlah besar, namun juga dapat melakukan pengiriman kepada pihak ketiga (retailer).
Grosir jenis ini akan langsung mengirimkan barang mereka yang ada pada produsen (supplier) kepada pelanggan mereka (retailer).
7. Pedagang Besar Online (Online Wholesalers)
Jenis terakhir adalah Online Wholesalers, di mana pihak grosir akan menawarkan barang dagangan mereka melalui jaringan internet.
Umumnya, grosir jenis ini akan menjual barang mereka dalam skala besar dengan harga diskon.
Online Wholesalers juga tidak memiliki kantor dalam bentuk fisik, karena mereka memanfaatkan internet dalam kegiatan penjualan barang.
Baca Juga: Bagaimanakah Software Minimarket Membantu Bisnis Minimarket?
Cara Grosir Mendapatkan Keuntungan
Dalam menjalankan bisnis grosir tentunya membutuhkan modal yang terbilang cukup banyak. Walaupun begitu, keuntungan yang dapat diperoleh para pelaku usaha atau perusahaan unit bisnis ini bisa sangat besar.
Adapun keuntungan yang diperoleh pelaku usaha atau perusahaan grosir bersumber dari selisih harga barang yang dibeli dari produsen (supplier) dengan harga produk yang dijual kembali ke pihak retail.
Lebih detail, keuntungan yang didapatkan dari kegiatan bisnis grosir adalah melalui potongan harga atau diskon atas pembelian barang berskala besar dari pihak produsen.
Kemudian, keuntungan selanjutnya berasal dari penjualan barang dengan harga lebih tinggi kepada pihak ketiga atau retailer. Meski begitu, harga yang ditawarkan kepada pihak ketiga tetap terjangkau, atau tidak terlalu tinggi dari harga yang diperoleh langsung melalui produsen (supplier).
Keuntungan Menggunakan Software Grosir
Guna mengoptimalkan kegiatan operasional, baik dari segi pengadaan hingga proses shipping atau distribusi barang. Pelaku usaha grosir perlu menerapkan sistem teknologi untuk menyederhanakan operasional bisnis.
Salah satunya adalah dengan menggunakan aplikasi grosir atau software grosir. Seperti namanya, perangkat lunak ini dikhususkan untuk mengelola segala operasional bisnis secara digital. Penggunaannya dapat meminimalisir human error yang dapat merugikan bisnis.
Software grosir juga akan membantu Anda dalam manajemen data yang lebih baik yang berguna dalam pengambilan keputusan.
Hal terpenting lainnya adalah software grosir membantu dalam manajemen stok. Salah satu kemampuan software grosir bisa Anda dapatkan dengan memanfaatkan sistem ERP.
Saat ini, di Indonesia sendiri sudah banyak penyedia layanan ERP, salah satunya adalah RedERP.
RedERP merupakan vendor layanan ERP yang memiliki software ERP terintegrasi dengan beragam modul multifungsi dan suportif di dalamnya. Dalam hal ini, perusahaan grosir mampu meningkatkan performa kegiatan operasional mereka, mulai dari pengadaan barang hingga proses distribusi kepada pihak ketiga menggunakan software RedERP.
Sebagai contoh Anda dapat memanfaatkan aplikasi Purchase Order RedERP untuk menyederhanakan hingga mengotomatisasikan proses pengadaan barang. Alhasil, Anda bisa secara praktis memeroleh barang yang diinginkan dari pihak produsen (supplier).
Selanjutnya dari segi manajemen stok barang, Anda dapat menggunakan aplikasi inventory RedERP untuk memudahkan proses monitoring secara real time setiap stok barang yang berada di sejumlah gudang sekaligus.
Fitur-fitur dalam aplikasi inventory RedERP juga memungkinkan Anda, untuk mengatur posisi stok barang sesuai kebutuhan serta memaksimalkan sistem penyimpanan di gudang. Sehingga, peluang terjadinya penumpukan barang semakin mengecil.
Dengan memanfaatkan software RedERP, kegiatan operasional bisnis grosir dapat berjalan lebih optimal melalui pengoperasian sistem yang praktis dan mudah dipahami.
Ayo, segera ajukan demonya secara gratis sekarang dan rasakan manfaatnya!