Table of Contents
Table of Contents

7 Strategi Mengoptimalkan Supply Chain di Industri FMCG

fmcg

Industri FMCG merupakan sektor bisnis yang sangat bergantung dengan optimalisasi pengelolaan supply chain. Tanpa adanya optimasi pada supply chain, akan berpotensi terjadinya implikasi biaya yang sangat besar, hingga menurunkan tingkat laba perusahaan yang bergerak di sektor ini. 

FMCG itu sendiri merupakan singkatan dari Fast-Moving Consumer Goods. Istilah ini merujuk pada setiap produk, baik makanan, minuman, kosmetik, peralatan kantor, perlengkapan mandi, hingga obat-obatan yang sangat diminati oleh masyarakat luas.

Produk-produk tersebut umumnya dapat terjual laris dalam kurun waktu yang singkat.  Di Indonesia sendiri, terdapat beberapa perusahaan FMCG yang sudah sangat terkenal, antara lain Indofood, Wings Corporation, Garuda Food, Kaldu Sari Nabati, Mayora, dan masih banyak lagi.

Perusahaan yang bergerak di sektor bisnis ini umumnya menghadapi deadline operasional yang sangat singkat, mulai dari proses produksi hingga distribusi produk kepada para pelanggan luas. Tak terkecuali proses supply chain.

Mengingat hal tersebut, maka kegiatan supply chain di perusahaan FMCG perlu dikelola dengan baik. Untuk mengelolanya, berikut adalah ulasan dari RedERP tentang cara-caranya.

 

Tahapan Supply Chain di Industri FMCG

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, optimalisasi supply chain mengambil peran kunci dalam sistem operasional industri FMCG. Setidaknya, ada 4 tahapan supply chain dalam industri ini. 

Tahapan-tahapan ini ditentukan berdasarkan sifat produk, mitra logistik, hingga sumber daya yang tersedia. Berikut ini penjelasan 4 tahapan supply chain FMCG.

 

1. Penentuan Pemasok Bahan Baku

Tahapan pertama, perusahaan akan menentukan pemasok yang tepat untuk menyediakan bahan baku untuk produk mereka. Biasanya, perusahaan memilih pemasok berdasarkan sejumlah kriteria, misalnya kualitas dan sebagainya.

 

2. Pengolahan dan Produksi Produk

Setelah mendapatkan pemasok yang tepat, perusahaan akan melakukan proses pengolahan bahan baku hingga menjadi produk jadi. Biasanya, sebelum melakukan proses penyimpanan atau distribusi, perusahaan akan mengecek kualitas produk mereka menggunakan pendeteksi khusus di pabrik. 

Hal ini agar produk yang sampai di tangan konsumen terjamin kualitasnya, baik dari segi kemasan, cita rasa, dan lain sebagainya.

 

3. Penyimpanan

Tahapan ketiga, produk jadi biasanya akan disimpan di gudang perusahaan dan hanya menunggu waktu pengiriman yang sudah ditentukan.

 

4. Distribusi dan Pengiriman 

Pada tahapan ini, produk yang sudah jadi akan didistribusikan atau dikirim langsung kepada konsumen atau pihak distributor.

 

Baca Juga: Advanced Supply Chain Planning: Pengertian, Komponen, dan Tujuannya

 

Tantangan yang Dihadapi FMCG

Setiap sektor bisnis pasti harus menghadapi berbagai tantangan, tak terkecuali FMCG. Tantangan yang dihadapi sektor bisnis FMCG cukup beragam, mulai yang berasal dari sisi internal maupun eksternal.

Di Indonesia, perusahaan yang bergerak di sektor bisnis FMCG saat ini juga tengah dihadapi oleh sejumlah tantangan. Berikut ini adalah tantangan yang dihadapi oleh para perusahaan yang bergerak di bisnis FMCG.

 

1. Infrastruktur Operasional yang Kurang Memadai

Infrastruktur operasional yang kurang memadai merupakan tantangan bagi bisnis FMCG dari sisi internal. 

Dalam menjalankan bisnis FMCG, infrastruktur yang memadai sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan, mulai dari proses produksi hingga tahap distribusi kepada konsumen luas. Tantangan ini cukup signifikan karena memengaruhi hampir seluruh kegiatan operasional bisnis FMCG. 

Apabila tantangan ini tidak segera diatasi, akan menimbulkan permasalahan lainnya di tubuh perusahaan, misalnya pembengkakan biaya produksi dan distribusi produk.

 

2. Permasalahan Pajak yang Cukup Melilit

Tantangan kedua datang dari sisi eksternal, yakni terkait penerapan pajak yang cukup ‘mencekik’. Penerapan pajak yang terlalu tinggi tentu menjadi beban tersendiri bagi para perusahaan yang bergerak di sektor bisnis FMCG.  

Apabila situasi tersebut terus terjadi, akan berdampak pada supply chain management perusahaan. Perusahaan terpaksa harus menurunkan kualitas operasional pada setiap tahapan supply chain management mereka. 

Hal ini bertujuan untuk menutup tingginya biaya pengeluaran pajak perusahaan. Pengelolaan supply chain management yang kurang maksimal pun akan memengaruhi kualitas hingga pengalaman pelanggan terhadap produk.

Secara bertahap para konsumen akan pergi dan beralih ke kompetitor, apabila kualitas produk perusahaan masih atau terus mengalami penurunan.

 

3. Ancaman Kehadiran Barang Palsu atau Tiruan

Tantangan eksternal selanjutnya adalah ancaman kemunculan barang atau produk palsu di tengah konsumen. 

Kehadiran produk palsu berdampak negatif terhadap suatu perusahaan. Hal tersebut akan menurunkan citra hingga menurunkan tingkat penjualan produk perusahaan. Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah menerapkan hak merek dan hak paten secara hukum kepada setiap produk perusahaan. 

 

4. Kebangkitan Retail Modern

Kebangkitan retail modern menjadi tantangan eksternal selanjutnya bagi perusahaan industri FMCG. Mayoritas retail modern saat ini sudah beralih menjadi e-commerce.

Biasanya, retail e-commerce menaruh harga rendah dengan diskon besar-besaran terhadap produk yang dijual. Diskon-diskon besar yang ditawarkan e-commerce sebenarnya kurang menguntungkan bagi perusahaan FMCG.

 

5. Sistem Operasional Masih Konvensional

Tantangan selanjutnya berasal dari sisi internal perusahaan, yakni penerapan sistem operasional yang masih bersifat konvensional. 

Di zaman yang sudah serba modern seperti saat ini, otomatisasi pada sistem operasional merupakan hal yang wajib diterapkan oleh setiap perusahaan FMCG. Selain dapat menghemat biaya pengeluaran, pengelolaan aktivitas perusahaan juga bisa menjadi lebih efisien dan efektif.

Meski begitu, masih banyak perusahaan FMCG yang belum mengotomatisasikan sistem operasional mereka. Hal ini membuat aktivitas produksi hingga distribusi tidak berjalan secara maksimal. Sehingga, perkembangan perusahaan kurang progresif. 

 

6. Penyesuaian Produk Terhadap Pelanggan Kompleks

Tantangan terakhir yang sedang dihadapi perusahaan FMCG adalah kompleksitas dalam menyesuaikan produk terhadap minat pelanggan. Seperti yang diketahui, target pasar yang disasar oleh sektor bisnis FMCG terbilang cukup luas.

Target pasar dapat berdasarkan letak geografis, kelamin, rentang umur konsumen, hingga tren. Semakin homogen sejumlah unsur di atas, maka semakin sulit bagi perusahaan dalam menyesuaikan produk mereka terhadap konsumen.

Maka dari itu, dibutuhkan suatu sistem yang dapat membantu perusahaan FMCG dalam menciptakan sebuah produk yang dapat menarik konsumen luas.

 

Strategi Mengoptimalkan Supply Chain FMCG

Supaya suatu produk FMCG memiliki kualitas yang baik, diperlukan strategi optimalisasi dalam proses supply chain management.

Strategi yang dilakukan harus mencakup seluruh tahapan yang ada pada supply chain management, mulai dari kerja sama dengan pemasok, proses produksi, hingga distribusi produk kepada konsumen.

Berikut ini 7 strategi untuk mengoptimalkan supply chain management perusahaan yang bergerak di industri FMCG. 

 

1. Perencanaan Permintaan Produk yang Akurat 

Sebelum mengajukan pembelian bahan baku hingga produksi, penting bagi perusahaan untuk melakukan perencanaan  permintaan. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahan dalam tahap produksi dan distribusi nantinya.

Sebagai contoh, perencanaan permintaan produk secara akurat dapat mencegah terjadinya kekurangan bahan baku yang dapat mengganggu proses produksi.

 

2. Membangun Kemitraan dengan Berbagai Pemasok

Sebagai upaya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, perusahaan perlu membangun kemitraan dengan lebih dari satu pemasok. 

Hal ini untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan seperti pemutusan kerja sama dengan pemasok utama karena beberapa faktor, ketidaksepahaman dalam perjanjian, kehabisan bahan baku, atau pihak pemasok berhenti beroperasi.

Selain itu, kemitraan yang telah lama dibangun juga memberikan berbagai keuntungan lainnya bagi perusahaan. Pemasok umumnya akan lebih berkomitmen untuk berpartisipasi dalam sistem perusahaan. 

Misalnya, pemasok berpeluang tinggi dalam menyediakan gudang untuk menampung bahan baku produksi perusahaan. Sehingga, perusahaan tidak perlu lagi menambah slot atau unit gudang untuk menyimpan bahan baku yang dibeli dari pemasok.

 

Baca Juga: Pentingnya dan Kiat Memilih Sistem Manajemen Gudang

 

3. Modernisasi Sistem Operasional Perusahaan

Melakukan modernisasi pada seluruh sistem operasional perusahaan merupakan strategi ketiga yang wajib dilakukan. Hal ini karena modernisasi pada  seluruh sistem operasional akan memberikan berbagai keuntungan bagi perusahaan.

Keuntungan yang didapatkan perusahaan, di antaranya berkurangnya biaya pengeluaran, meningkatkan efisiensi dan efektifitas kinerja operasional, meningkatkan kualitas serta kuantitas produksi, mempermudah tahap distribusi, dan lain sebagainya.

 

4. Membangun Hubungan dengan Pelanggan

Setelah produk berhasil didistribusikan kepada seluruh konsumen, strategi selanjutnya yang harus dilakukan adalah membangun hubungan dengan para pelanggan.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk membangun hubungan dengan pelanggan. Misalnya dengan membuat akun media sosial yang terkoneksi dengan konsumen luas.

Perusahaan dapat melakukan pendekatan, seperti mengunggah penilaian positif konsumen terhadap produk dengan tampilan visual yang menarik dan sebagainya.

Cara ini juga dapat memudahkan konsumen dalam menyampaikan kritik ataupun saran terkait produk perusahaan. Sehingga, perusahaan bisa memantau pengalaman konsumen terhadap produk. 

 

5. Melakukan Promosi Kreatif

Strategi selanjutnya adalah melakukan promosi kreatif terkait produk yang ditawarkan.

Strategi ini selain dapat mempertahankan loyalitas pelanggan lama, juga bisa menarik minat konsumen baru terhadap produk perusahaan. Promosi yang dilakukan misalnya melakukan campaign promosi yang unik dan menarik atau menawarkan diskon lewat cara-cara ‘out of the box‘.

 

6. Melakukan Review Secara Berkala 

Setelah seluruh kegiatan dijalankan secara optimal, jangan lupa untuk melakukan review secara berkala terhadap alur aktivitas supply chain management.

Hal ini bertujuan agar perusahaan dapat mengevaluasi kinerja karyawan dan hal-hal lainnya terkait kegiatan operasional. Selain itu, adanya review membantu perusahaan untuk menentukan strategi selanjutnya agar produk dapat terus berkembang.

 

7. Jangan Lupa Selalu Berinovasi

Inovasi merupakan salah satu kunci utama untuk memenangkan persaingan dengan kompetitor dalam mendapatkan perhatian konsumen. 

Setelah memperoleh review dan analisis di akhir periode tertentu, cobalah untuk melakukan inovasi terhadap produk yang sudah ada. Inovasi produk yang konsisten akan meningkatkan loyalitas pelanggan lama maupun menarik konsumen baru.

Sistem Warehouse Management dari RedERP Solusi Bagi Industri FMCG

 

Software ERP
Software ERP

 

Sebagai industri yang sangat terikat dengan deadline operasional singkat, sangat 

penting bagi perusahaan industri FMCG memiliki sistem termutakhir yang mampu menunjang seluruh kegiatan operasional mereka.

Perkembangan teknologi yang terus terjadi akan mendorong kemunculan ragam vendor penyedia jasa layanan ERP. Meski begitu, perusahaan harus bisa memilih layanan ERP yang mampu menjadi solusi tepat atas kebutuhan mereka.

Software ERP dari RedERP yang terintegrasi dalam satu perangkat lunak diketahui mampu membantu pengembangan sistem dan mengatasi tantangan yang tengah dihadapi perusahaan industri FMCG saat ini.

Anda akan dimudahkan dalam mengoptimalkan seluruh proses pada supply chain dengan memanfaatkan sistem Warehouse Management RedERP. Sistem ini mampu mengelola kuantitas dan perpindahan barang dalam gudang.

Selain mengelola gudang produk, Anda juga dapat mengelola pengadaan bahan baku dengan menggunakan sistem e-procurement dari RedERP. Sistem ini merupakan bagian dari aplikasi purchase order RedERP. 

 

Dengan menggunakan aplikasi purchase order RedERP, segala aktivitas pengadaan perusahaan Anda dapat berjalan secara efisien dan mudah. Sebagai contoh, Anda dapat mengajukan request pembelian kepada pemasok saat bahan baku habis secara otomatis dengan memanfaatkan fitur Automatic Procurement. 

Berikutnya, untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi tahapan produksi. Software manufaktur RedERP siap membantu Anda dalam menjalankan operasional manufaktur, mulai dari perencanaan hingga proses produksi barang. 

Dengan beragam sistem dan fitur termutakhir software ERP dari RedERP. Optimalisasi pada setiap proses Supply Chain Management (SCM) perusahaan FMCG kini dapat terjamin. Ayo, segera ajukan demonya secara gratis sekarang!

Tags:
Share:
Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
×

Hello!

Konsultasikan Kebutuhan ERP Disini atau Telp kami di +62812 111 42575

× Hubungi Kami